Selasa, 12 Juni 2012

Sudono Salim atau Liem Sioe Liong Meninggal Dunia

Meninggalnya Sudono Salim atau Liem Sioe Liong pada 10 Juni 2012 menguak kembali kejayaan pengusaha yang dekat dengan keluarga Soeharto itu semasa hidup. Kerajaan bisnisnya masih bertahan cukup besar hingga sekarang.

The New York Times pernah menulis artikel mengenai keluarga Salim pada 16 Mei 1999. Artikel berjudul "Year of Living Dangerously For a Tycoon in Indonesia" itu terbit setahun setelah kerusuhan 1998.

Dalam tulisan itu digambarkan bagaimana putra Liem Sioe Liong, Anthony Salim berjuang membenahi keterpurukan akibat krisis moneter. Meski Anthony Salim berhasil mengatasi masalah keuangannya, Grup Salim tetap bertahan, karena jasa besar ayahnya, Liem Sioe Liong.

Tulisan itu juga mencakup perluasan jangkauan keluarganya di setiap sudut perekonomian. Liem menciptakan "mesin bisnis" yang hampir tak dapat dihancurkan.

Lahir di keluarga miskin di Provinsi Fujian, China, Liem berimigrasi ke Indonesia pada 1937. Pada awalnya ia bekerja tidak jelas, menjual cengkeh, kacang tanah, dan onderdil sepeda di Jawa Tengah.

Pada 1950, pertemuannya dengan tentara muda Soeharto merupakan titik keberuntungan dalam hidupnya. Ia lalu mulai memasok kebutuhan pangkalan militer yang dibawahi Soeharto. Selama periode ini, Liem memakai nama Indonesia, Sudono Salim.

Nasib Liem naik bersama Soeharto. Ketika Soeharto naik menggantikan Soekarno pada 1966, Liem siap membantu pemimpin baru itu mengembangkan perekonomian negara, yang disebut Orde Baru.

Liem lalu memenangi lisensi impor cengkeh, bahan utama aroma rokok khas Indonesia. Ini adalah lisensi pertama dari lusinan lisensi, waralaba, dan konsesi yang akan membuat Liem menjadi raja gula, kopi, karet, gandum, tepung, mi, beras, dan semen.

Ketika Soeharto ingin Indonesia memperluas industri baru, Liem ditugaskan untuk membuka pabrik atau menanami ladang.

Dua anak Soeharto juga memiliki saham di PT Bank Central Asia Tbk, bank bentukan Salim. Sepupu Soeharto, Sudwikatmono, anggota kelompok pengusaha yang juga memiliki banyak investasi di Grup Salim.

Pada awal 1990-an, raksasa Grup Salim jika dihitung menguasai 5 persen ekonomi Indonesia. Dalam laporan tahunan perusahaan, Liem menulis "Perusahaan kami sangat erat dalam kehidupan jutaan rakyat Indonesia".

The New York Times juga menulis apakah dominasi Liem ini berkat keringatnya ataukah hal lain. Sebaliknya, ia adalah penerima manfaat dari subsidi negara yang diduga bisa menjadi contoh munculnya pasar "cronyism".

Dominasi Grup Salim di bisnis tepung Indonesia dapat menjadi studi dari kasus itu. Pada 1969, Soeharto diduga memberikan monopoli kepada Liem dalam penggilingan, impor, dan distribusi tepung. Ini memungkinkan perusahaan itu untuk membangun pabrik tepung terbesar di dunia, Bogasari.

Dalam ketentuan perjanjian, Badan Urusan Logistik atau Bulog yang mengimpor gandum, lalu menjual ke Bogasari dengan harga bersubsidi. Bogasari lalu menggiling gandum menjadi tepung dan menjual sebagian ke Bulog.

Tak hanya penggilingan, Bogasari yang sebagian memproduksi tepung juga mengolah mi instan yang dikelola PT Indofood Sukses Makmur Tbk. Pengaturan ini membantu produsen makanan ini menjadi dominan dengan pangsa pasar 90 persen.

Tak terkecuali dengan BCA, yang memberikan pinjaman kepada perusahaan Salim sebesar 50 persen. Pada saat krisis dan rupiah jatuh di akhir 1997, BCA tiba-tiba memiliki utang kepada pemerintah senilai US$2 miliar.

Bank itu juga menjadi target kerusuhan. Puluhan cabang dijarah dan dibakar, deposan panik mengepung bank untuk menarik uang mereka. Dalam sepekan, BCA kehilangan 42 persen modalnya, dan memaksa pemerintah memberi dana talangan US$3 miliar.

Krisis utang itu membuat pemerintah memotong kesepakatan dengan keluarga Salim. Dengan ancaman Salim dapat dituntut, karena memberikan pinjaman tak sesuai, Badan Penyehatan Perbankan Nasional membujuk untuk menyerahkan 104 perusahaan, termasuk perusahaan publik seperti Indofood, Indocement, dan First Pacific.

Pemerintah juga memegang saham perusahaan itu sebagai jaminan dana talangan BCA. Masa depan Salim lalu bergantung kepada berapa banyak uang yang diperoleh dari penjualan aset itu untuk membayar utang-utangnya.

Kamis, 07 Juni 2012

Disemangati Malah Gak Hadir

Kedatangan Ketua DPD I Partai Golkar Sulsel Syahrul Yasin Limpo untuk menyemangati tim pemenangan Burhanuddin Baharuddin-Natsir Ibrahim di Takalar, Selasa(5/6) malam,justru tak dihadiri oleh kandidat yang bersangkutan.

Burhanuddin alias Bur yang diusung sebagai calon bupati Takalar dari Golkar, tidak bisa menyambut kedatangan Gubernur Sulsel yang datang ke posko tim pemenangannya,karena sedang berada di Jakarta untuk menemui Ketua DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie. Sementara Natsir Ibrahim alias Nojeng yang juga diusung sebagai calon wakil bupati dari Golkar, juga tidak hadir.

Bahkan, para loyalis Ketua DPD II Partai Golkar Takalar itu juga tidak menjemput atau menemani Syahrul selama di Takalar. Meski demikian, Syahrul tetap melaksanakan agenda politiknya di Takalar. Incumbent di Pilgub Sulsel ini tetap memberi semangat kepada tim pemenangan Burhanuddin Baharuddin. “Golkar mengusung Pak Bur karena memang beliau yang paling layak di antara kandidat lain. Saya harapkan Takalar tetap kondusif setelah adanya penetapan ini,”ujar Syahrul di hadapan tim pemenangan Bur.

Mendengar pernyataan mantan Bupati Gowa dua periode itu, ratusan pendukung Bur sontak beteriak “don’t stop komandan” yang tak lain tagline dari duet incumbent Syahrul Yasin Limpo-Agus Arifin Nu’- mang (Sayang) jilid II. Pada kesempatan itu,Syahrul juga mengaku optimistis bahwa Burhanuddin Baharuddin akan memenangkan Pilkada Takalar 2012.

“Pak Bur diusung, karena memang beliau yang terbaik dan bisa menang di Takalar, ”imbuhnya. Tak hanya itu, Syahrul juga meminta seluruh kader Golkar, khususnya di Takalar agar bekerja lebih maksimal dan menjadikan Takalar sebagai daerah kemenangannya seperti di Pilgub 2007 silam.

Di daerah berjuluk Butta Panrannuangku itu, pasangan Sayang meraup 70% suara kemenangan, mengalahkan incumbent Amin Syam.“Takalar harus menjadi parameter kemenangan di pilgub mendatang,” tambahnya. Dalam kunjungannya itu, Syahrul didampingi Ketua DPD II Golkar Gowa Tenri Yasin Limpo dan Ketua Kadin Sulsel Zulkarnain Arief.

Dia juga disambut oleh Sekretaris DPD II Golkar TakalarAlamsyah Demma serta sekitar 500 pendukung Burhanuddin. Ketua Tim Pemenangan Bur, Faharuddin Rangga yang juga hadir,mengatakan, kedatangan Syahrul semakin memberi semangat kepada kaderkader Golkar dan pendukung Burhanuddin untuk memenangkan Pilkada Takalar.
 
 
Copyright © 2012 Info Kita All rights reserved Mas Hari
Sepeda Motor Injeksi Irit Harga Terbaik Cuma Honda Promo Member Alfamart Minimarket Lokal Terbaik Indonesia